Belajar Huruf Jadi Menyenangkan: Kolaborasi Orang Tua dan Guru di TK Al-Ichsan
Tahukah Anda? Usia 2–6 tahun sering dijuluki “periode
emas”—waktu ketika otak anak menyerap huruf, angka, dan bahasa secepat
spons menyerap air. Tim guru dan peneliti di TK Al-Ichsan, Surabaya, baru-baru
ini menggali cara orang tua mendampingi anak usia 4–5 tahun menghafal alfabet.
Hasilnya memberi kita panduan praktis (plus peringatan!) agar belajar huruf tak
lagi membosankan, bahkan jadi momen penuh tawa di rumah.
1. Manfaatkan “periode
sensitif” huruf
Di rentang prasekolah, jalur saraf yang memproses
bahasa berkembang pesat. Tanamkan kebiasaan mengenal huruf lewat cerita
bergambar, kartu alfabet, atau lagu A-B-C.
Semakin sering anak melihat, mendengar, sekaligus bergerak—misalnya sambil
menempel huruf di dinding—semakin cepat huruf menancap di ingatan.
2. Permainan kreatif =
belajar tanpa paksaan
Tiga aktivitas favorit di TK Al-Ichsan:
·
Buru Huruf:
Sembunyikan kartu A sampai Z di ruang tamu; biarkan anak “menangkap” huruf yang
disebutkan.
·
Jejak Stiker:
Tempel stiker alfabet membentuk nama mereka di kulkas. Setiap sarapan, ajak
mereka mengeja.
·
Toko Huruf:
Gunakan balok huruf bak “barang dagangan” yang harus mereka sebut sebelum “membeli”.
Permainan membuat anak aktif, bukan sekadar duduk
mendengarkan. Riset sekolah menunjukkan aktivitas seperti ini melipatgandakan
daya ingat anak pada bentuk dan bunyi huruf.
3. Peran orang tua tak
tergantikan
Studi menemukan empat gaya pengasuhan
di kalangan orang tua murid:
1. Demokratis (mayoritas): Orang tua memberi
contoh, menyediakan buku & kartu, lalu berdiskusi santai. Hasilnya? Anak
lebih antusias dan percaya diri.
2. Otoriter (minoritas): Menghafal diiringi
ancaman atau hukuman. Anak memang patuh, tetapi cepat jenuh—dan belajar terasa
beban.
3. Permisif: Membiarkan anak belajar semaunya;
progres alfabet berjalan, tapi lambat.
4. Primitif: Tak ditemukan di TK Al-Ichsan.
Kesimpulannya, pendekatan demokratis—hangat,
tetapi punya aturan jelas—paling efektif.
4. Hadiah kecil,
semangat besar
Pujian tulus (“Wah, hebat! Kamu sudah ingat huruf
M”) jauh lebih memotivasi daripada imbalan mahal. Orang tua di TK Al-Ichsan
kerap memberi stiker bintang atau high-five setelah anak berhasil. Trik ini
sejalan dengan budaya kita yang menghargai kebersamaan—dan ramah kantong!
5. Libatkan budaya
& lingkungan
Saat belajar tema “indonesiaku”, guru menempel
huruf I-N-D-O-N-E-S-I-A di peta mini. Anak tidak hanya menghafal huruf, tetapi
juga mengenal negaranya. Anda bisa meniru: susun nama kampung, hewan khas, atau
makanan favorit keluarga. Semakin dekat dengan keseharian, semakin mudah huruf
melekat.
Tips Cepat untuk Rumah
|
Tantangan |
Trik 1 Menit |
Contoh |
|
Anak sulit fokus |
Timer lucu |
“Kita belajar huruf
sambil lagu 3 menit!” |
|
Bosan kartu biasa |
DIY kartu foto |
Gunakan foto
keluarga: A = Ayah |
|
Lupa urutan |
Lagu kreasi sendiri |
Nyanyikan alfabet
pakai nada lagu kesukaan anak |
Intinya…
Belajar alfabet tak melulu soal duduk manis
dengan buku kerja. Kombinasikan permainan kreatif, pujian
hangat, dan rutinitas singkat setiap hari. Gaya
pengasuhan demokratis—tegas tapi ramah—terbukti mempercepat hafalan huruf
sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri anak. Jadi, mari jadikan rumah kita
“laboratorium ceria” tempat huruf A-Z hidup dalam cerita, lagu, dan tawa
keluarga!
Berdasarkan penelitian Eka Isti Aweni dan Varia Virdania Virdaus
Leave a Comment