Antusiasme Anak TK Bina Insani Surabaya terhadap Permainan Tradisional Engklek di Era Digital

 

Di tengah gempuran teknologi dan permainan digital yang merajalela, permainan tradisional seperti engklek ternyata masih mampu menarik perhatian anak-anak usia dini. Hal inilah yang menjadi fokus utama dalam penelitian yang dilakukan di TK Bina Insani Surabaya, khususnya di kelas B yang terdiri dari 16 anak (8 laki-laki dan 8 perempuan). Kegiatan ini dilakukan dalam empat pertemuan, yang masing-masing berlangsung selama satu jam pada pukul 10.00–11.00 WIB.

Foto 1. Anak Bermain Engkle

Permainan engklek yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dari bahan kertas warna-warni agar lebih menarik bagi anak. Selama proses bermain, peneliti melakukan observasi langsung, wawancara dengan guru dan wali murid, serta dokumentasi sebagai data pendukung.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana antusiasme anak-anak terhadap permainan engklek, serta menilai apakah permainan tradisional ini masih relevan dan bermanfaat dalam perkembangan anak usia dini. Kategori penilaian dibagi ke dalam empat tingkatan: Belum Berkembang (BB), Mulai Berkembang (MB), Berkembang Sesuai Harapan (BSH), dan Berkembang Sangat Baik (BSB).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada pertemuan pertama, sebagian besar anak (12 dari 16 siswa) masih berada pada kategori BB. Namun, seiring berjalannya waktu dan pembiasaan, terjadi peningkatan antusiasme. Di pertemuan keempat, jumlah anak yang berada di kategori BB menurun menjadi hanya dua anak saja. Sementara itu, siswa yang berada di kategori BSH meningkat menjadi lima anak. Meski belum ada yang mencapai kategori BSB, kemajuan yang ditunjukkan sangat signifikan.

Perkembangan ini menunjukkan bahwa permainan tradisional seperti engklek dapat memicu antusiasme anak, sekaligus melatih kemampuan motorik mereka. Saat melompat-lompat di atas petak-petak kertas, anak-anak bukan hanya bersenang-senang, tetapi juga melatih keseimbangan, koordinasi gerak, serta konsentrasi.

Wawancara dengan guru dan orang tua mengungkapkan bahwa anak-anak menunjukkan kegembiraan setiap kali kegiatan engklek dilaksanakan. Bahkan beberapa anak yang pada awalnya tampak ragu atau malu, akhirnya mulai antusias dan mampu mengikuti aturan permainan dengan baik.

Penelitian ini membuktikan bahwa permainan tradisional bukanlah sesuatu yang kuno dan terlupakan, justru sebaliknya—ia menyimpan potensi besar dalam mendukung perkembangan fisik dan sosial anak usia dini. Melalui permainan seperti engklek, anak belajar mengikuti aturan, menunggu giliran, menghargai teman, dan tentu saja—menikmati proses belajar yang menyenangkan.

Dengan hasil yang positif ini, guru dan orang tua diharapkan lebih percaya diri untuk menghidupkan kembali permainan tradisional sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran di era digital. Engklek bukan hanya permainan, tapi juga warisan budaya yang layak dilestarikan demi tumbuh kembang anak yang lebih seimbang—baik secara fisik, sosial, maupun emosional.

 

Kontributor: Muchamad Arif

Berdasarkan penelitian Ade Irmawati Hasan dan Muchamad Arif


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.